| Infomasi Bisnis | Video Tutorial | Tips Bisnis | Bedah Peluang Usaha |

edoms

Adsense

Yin dan Yang Dalam Bisnis

"Functioning harmoniously together, right and left give birth to all techniques. The left hand takes hold of life and death; the right hand controls it. The four limbs of the body are the four pillars of heaven, and manifest the eight directions, yin and yang, inner and outer."
Morihei Ueshiba (1883-1969), The Founder of Aikido

PELAKU UKM - Yin dan Yang. Pada masa pemerintahan Dinasti Han di Cina, sekitar 200 tahun sebelum masehi, beberapafilsuf dan ahli pemikir Cina berusaha menghasilkan sebuah konsep unik, yang mereka sebut sebagai pemikiran tunggal. Pemikiran tunggal ini bukanlah sebuah agama dan juga bukan sebuah ideologi. Mereka ini sadar bahwa agama dan ideologi biasanya akan mudah diserang karat, dan memudar. Mereka membutuhkan sesuatu yang bisa dijadikan pegangan masyarakat luas, yang sifatnya lebih kekal. Maka timbullah konsep pemikiran tunggal yang menyatukan berbagai elemen dan aneka ajaran di Cina ini, yang kemudian dikenal sebagai yin dan yang. Intinya sedehana. Dunia selalu dipengaruhi 2 hal. Misalnya, positif dan negatif, ada dan tiada, aksi dan reaksi, dll.

anti marketing trik
Yin dan Yang sangat penting dalam bisnis
Walaupun berlawanan, keduanya menciptakan keseimbangan. Keduanya ada berkat interaksi satu sama lain. Namun pemikiran yang kelihatan sederhana ini pemahamannya cukup ruwet. Yang lua biasa, pemikiran tunggal ini dipakai hingga kini sebagai satu-satunya penjelasan atas semua kejadian.

Saya berkenalan dengan pemikiran tunggal ini saat membaca buku I-Ching sekitar 20 tahun lalu. Saat saya sedang berada dalam situasi kembali ke akar saya, dan berusaha mencari jati diri saya yang sesungguhnya. Berdasarkan buku I-Ching, saya mulai mengerti tentang perubahan, "Change Management". Sebuah aksi akan memicu adanya reaksi, dan sebaliknya. Menciptakan sebuah situasi yang terus bergerak secara dinamis. Kalau saja salah satu aksi dan reaksi mampu kita kendalikan, maka perubahan akan menjadi positif dan bermanfaat bagi kita, bukan perubahan yang tak terduga dan merusak.

Mentor saya, Mpu Peniti, menjelaskannya lebih inspiratif. Kata beliau, kemiskinan adalah bibit kaya raya. Juga sebaliknya, kekayaan adalah bibit kemiskinan. Secara sederhana, beliau menjelaskan bahwa kebanyakan wirausaha sukses dulunya justru banyak yang melarat dan berhasil memanfaatkan kemelaratannya sebagai motivasi untuk berbalik arah. Terbukti banyak yang akhirnya berjuang, tekun, rajin, dan bekerja keras hingga kaya raya.

Beliau benar. Jarang ada wirausaha sukses yang berasal dari keluarga kaya raya. Secara statistik lebih banyak pengusaha sukses datang dari keluarga miskin yang tidak memiliki apa-apa. Mereka mengalami sensasi melarat dan ingin keluar dari kemelaratannya. Sebaliknya yang kaya, sering kali tidak mengalami sensasi susah dan melarat. Kadang ada di antara mereka yang kurang hati-hati dalam berbisnis. Semuanya ingin diterobos, tidak jarang semua ingin dikerjakan, dan akhirnya berbalik bangkrut total. Dari peristiwa inilah saya mulai mengerti "yin dan yang".



Dalam pemasaran, situasinya juga sama, selalu ada marketing dan anti-marketing. Sebuah produk yang sukses tidak jarang berawal dari suatu kebuntuan dan kegagalan. Menurut Mpu Peniti, produk yang buntu dan gagal memiliki bibit sukses menjadi sebuah produk selanjutnya, atau sebaliknya.

Alkisah, Leonard Marsh dan Hyman Golden bermitra mendirikan perusahaan jasa pencuci jendela gedung. Keduanya kemudia ber-partner dengan Arnold Greenberg, membuat minuman soda dengan rasa apel, bermerek Snapple. Mereka menolak mengemas minuman itu dalam kaleng dan plastik. Agar kualitas dan cita rasanya terjaga, minuman tersebut harus dikemas secara eksklusif dalam botol. Produk ini dijajakan ke toko-toko khusus yang menjual produk-produk makanan kesehatan dan juga beberapa pompa bensin di sekitar New York. Biarpun produk mereka berkualitas luar biasa, usaha mereka tersendat.

Snapple
Snapple's Mango Madness
15 tahun kemudian, mereka menciptakan produk varian baru, teh dengan rasa buah. Mereka akhirnya berpikir secara "yin dan yang". Produk mereka yang sangat berkualitas sangat positif, harus mendapat energi negatif untuk trik pemasarannya. Hal pertama yang mereka lakukan adalah memberi nama produk yang lebih edan dan eksentrik, seperti "Mango Madness". Lalu "anti-marketing" untuk mempromosikan produk mereka itu. Secara mengejutkan mereka memilih seorang tokoh yang terkenal sangat ngawur, yaitu Howard Stern untuk mempromosikan produk mereka.

Howard Stern adalah energi total negatif. Di Amerika, Stern terkenal sebagai penyiar radio yang eksentrik dan nyeleneh. Ia sering kena denda karena acaranya dianggap vulgar, porno, jorok, dan mesum. Misalnya, Howard Stern keap mengadakan lomba kentut diacaranya. Ia juga pernah meminta tokoh yang diwawancarainya untuk masturbasi di studio. Walaupun sangat negatif, Stern punya banyak penggmar. Howard Stern sendiri merasa sangat tersanjung. Maklum, cuma orang gila pula yang mau mempercayakan dirinya untuk mempromosikan sebuah produk. Howard Stern mati-matian mempromosikan Snapple.

Perpaduan Snapple dan Howard Stern yang bernuansa yin dan yang, membuahkan hasil luar biasa. Penjualan Snapple meroket cepat. Tahun 1994, Snapple dijual ke perusahaan Quaker Oats senilai US$ 1,7 miliar. Harga yang mencengangkan banyak orang saat itu. Memadukan yin dan yang, untuk mencapai keseimbangan hasil, bukan pekerjaan enteng, perlu keberanian dan kearifan untuk memadukannya. Tapi, kalau pertalian yin dan yang berhasil diciptakan, hasilnya akan luar biasa dahsyat. Tak terbayangkan !

~ Oleh Kafi Kurnia, Penulis buku BIANG PENASARAN ~
552ed4de161eaa79ece9ff7615b03e5120839cdeabf336d910

0 komentar:

Post a Comment