PELAKU UKM. Setiap pengunjung dengan mudah akan bisa melihat bagaimana pramusaji di sebuah restoran berjalan hilir mudik dari meja tamu yang satu ke meja lainnya. Bila ada tamu yang mengajak bicara atau menanyaka sesuatu, mereka berhenti sejenak untuk melayani dan menjawab, setelah itu meninggalkan meja tersebut dan mengerjakan tugas lainnya.
Dibelakang pintu kaca, berdiri seorang pramusaji yang siap membukakan pintu bagi tamu restoran yang akan masuk. Ia akan menyalami tamu yang masuk seraya menanyakan jumlah orang yang akan bersantap bersama dan apakah diantara tamu yang datang akan merokok, selanjutnya akan menunjuk ke sebuah meja seolah memang sudah disiapkan untuk tamu dan rombongan tersebut.
Tidak lama setelah tamu duduk di meja masing-masing, seorang pramusaji membawa daftar menu untuk mendapatkan pesanan dari setiap tamu yang baru datang tadi. Salah satu ciri khas mereka yang lain adalah cepat dalam berbicara. Ini karena mereka memang terbiasa bekerja dengan tempo tinggi.
Setelah pesanan datang, biasanya pramusaji pergi dan tidak akan mengganggu suasana makan para tamu kecuali mereka dipanggil untuk dimintai bantuannya. Setelah semua tamu selesai makan, seorang pramusaji akan menawarkan untuk membereskan piring-piring dan perlengkapan makan lainnya.
Efisien
Sampai di sini mungkin tidak ada yang aneh dari cerita di atas jika dibandingkan dengan pada umumnya sebuah restoran dioperasikan, bukan begitu? Yang menarik adalah pada aspek pengelolaan restoran ini yang sangat efisien dan sekaligus mendidik serta bisa mengembangkan para karyawannya.
Setiap pagi sebelum jam operasi, kita bisa melihat para pramusaji ini membersihkan jendela, pintu kaca dan seputaran area restoran baik di luar maupun di dalam restoran, juga meja dan kursi. Para pramusaji bertanggung jawab atas kebersihan dan pembersihan restoran sejak persiapan di pagi hari sampai dengan selesainya jam operasi di malam hari.
Mereka yang melakukan pembersihan pada semua bagian dari restoran itu sejak pagi, dan mereka berkewajiban untuk memelihara kebersihan tersebut sepanjang jam operasi. Setiap pramusaji terlibat di dalam usaha mengupayakan kebersihan dan kerapihan restoran. Lama-kelamaan terbentuklah kebiasaan hidup bersih dan mencintai kebersihan.
Tidak ada istilah "bagian kebersihan" atau cleaning service. UNtuk pemeliharaan kebersihan dan ketersediaan perlengkapan urinoar, secara berkala setiap pramusaji mendapat giliran untuk membersihkannya. Begitu pula alat makan yang ditinggalkan oleh para tamu, pembersihan dan perapihannya dilakukan oleh pramusaji yang sama sejak penerimaan pesanan dari meja tersebut.
Segala keluhan atas kebersihan restoran baik dari para tamu maupun dari manajemen restoran, merupakan penilaian langsung kepada setiap pramusaji. Tidak ada pihak yang bisa dipersalahkan lagi. Tidak ada juga jabatan portir di restoran ini, yang tugasnya hanya membukakan pintu saja, membersihkan lantai saja. Semua orang terlibat dalam kegiatan operasional.
Menyenangkan
Dengan menggunaka n seragam yang sama, tidak tampak ada perbedaan antara pramusaji yang satu degan lainnya. Mereka bergerak lincah kesana-kemarimengerjakan tugas mereka dengan langkah kecil setengah berlari, namun dengan sikap penuh riang. Meski mempertimbangkan jam kerja masing-masing pramusaji yang cukup panjang, pramusaji-pramusaji ini sama sekali tidak menunjukkan wajah letih dan lelah. Yang terlihat adalah ketulusan sikap untuk melayani setiap pelanggan.
Dengan perumusan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang jelas dan mengacu pada sasaran perusahaan, melalui pembagian tugas yang dibuat dan diselenggarakan secara kolektif, dan melalui pembiasaan yang disupervisi secara baik, terbentuklah sikap kerja yang saling mengisi diantara pramusaji. Setiap orang berusaha memberikan kontribusi pada tugas dan sasaran kelompok. Keberhasilan kelompok kemudian dinikmati sebagai keberhasilan individu. Begitulah visi pegelolaan restoran ini, paling tidak dari pengamatan dari luar.
Pelatihan
Apa yang terjadi pada cerita di atas tidak tejadi dengan sendirinya. Seorang pramusaji baru harus dilatih dan disupervisi secara ketat untuk bisa secepatnya membawa dirinya ke dalam komunitas karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi. Sasaran pelatihan yang diselenggarakan ditujukan pada peningkatan kualitas pelayanan melalui pembentukan kebiasaan kerja yang mendukung kepuasan pelanggan, yakni ketulusan, kecepatan, dan kebersihan.
Pelatihan tidak hanya memberikan teori di dalam kelas, dibutuhkan banyak sekali praktek di tempat kerja sambil diberikan umpan balik kepada setiap pramusaji tentang hal-hal baik yang sudah dicapainya juga sebaliknya. Pelatihan yang baik selain akan meningkatkan kemampuan kerja, juga akan berpengaruh positif pada pembentukan sikap hidup karyawan.
Konklusi
Kepuasan pelanggan sering didekati oleh perusahaan, terutama perusahaan bidang jasa dengan menyediakan fasilitas lengkap dan mewah. Meskipun terkadang hal itu cukup mendukung, namun jauh lebih penting meskipun sulit adalah melatih dan membentuk sikap melayani yang didasari ketulusan. Dengan sikap ketulusan sikap inilah kerja sama serta suasana kerja yang menyenangkan dapat dibentuk.Pelanggan akan sagat terkesan dan menikmati suasana seperti ini. Kehadiran karyawan memberikan rasa senang, percaya, dan nikmat.
Semoga bermanfaat. Amin..
Tidak lama setelah tamu duduk di meja masing-masing, seorang pramusaji membawa daftar menu untuk mendapatkan pesanan dari setiap tamu yang baru datang tadi. Salah satu ciri khas mereka yang lain adalah cepat dalam berbicara. Ini karena mereka memang terbiasa bekerja dengan tempo tinggi.
Setelah pesanan datang, biasanya pramusaji pergi dan tidak akan mengganggu suasana makan para tamu kecuali mereka dipanggil untuk dimintai bantuannya. Setelah semua tamu selesai makan, seorang pramusaji akan menawarkan untuk membereskan piring-piring dan perlengkapan makan lainnya.
Efisien
Sampai di sini mungkin tidak ada yang aneh dari cerita di atas jika dibandingkan dengan pada umumnya sebuah restoran dioperasikan, bukan begitu? Yang menarik adalah pada aspek pengelolaan restoran ini yang sangat efisien dan sekaligus mendidik serta bisa mengembangkan para karyawannya.
Setiap pagi sebelum jam operasi, kita bisa melihat para pramusaji ini membersihkan jendela, pintu kaca dan seputaran area restoran baik di luar maupun di dalam restoran, juga meja dan kursi. Para pramusaji bertanggung jawab atas kebersihan dan pembersihan restoran sejak persiapan di pagi hari sampai dengan selesainya jam operasi di malam hari.
Mereka yang melakukan pembersihan pada semua bagian dari restoran itu sejak pagi, dan mereka berkewajiban untuk memelihara kebersihan tersebut sepanjang jam operasi. Setiap pramusaji terlibat di dalam usaha mengupayakan kebersihan dan kerapihan restoran. Lama-kelamaan terbentuklah kebiasaan hidup bersih dan mencintai kebersihan.
Tidak ada istilah "bagian kebersihan" atau cleaning service. UNtuk pemeliharaan kebersihan dan ketersediaan perlengkapan urinoar, secara berkala setiap pramusaji mendapat giliran untuk membersihkannya. Begitu pula alat makan yang ditinggalkan oleh para tamu, pembersihan dan perapihannya dilakukan oleh pramusaji yang sama sejak penerimaan pesanan dari meja tersebut.
Segala keluhan atas kebersihan restoran baik dari para tamu maupun dari manajemen restoran, merupakan penilaian langsung kepada setiap pramusaji. Tidak ada pihak yang bisa dipersalahkan lagi. Tidak ada juga jabatan portir di restoran ini, yang tugasnya hanya membukakan pintu saja, membersihkan lantai saja. Semua orang terlibat dalam kegiatan operasional.
Menyenangkan
Dengan menggunaka n seragam yang sama, tidak tampak ada perbedaan antara pramusaji yang satu degan lainnya. Mereka bergerak lincah kesana-kemarimengerjakan tugas mereka dengan langkah kecil setengah berlari, namun dengan sikap penuh riang. Meski mempertimbangkan jam kerja masing-masing pramusaji yang cukup panjang, pramusaji-pramusaji ini sama sekali tidak menunjukkan wajah letih dan lelah. Yang terlihat adalah ketulusan sikap untuk melayani setiap pelanggan.
Dengan perumusan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang jelas dan mengacu pada sasaran perusahaan, melalui pembagian tugas yang dibuat dan diselenggarakan secara kolektif, dan melalui pembiasaan yang disupervisi secara baik, terbentuklah sikap kerja yang saling mengisi diantara pramusaji. Setiap orang berusaha memberikan kontribusi pada tugas dan sasaran kelompok. Keberhasilan kelompok kemudian dinikmati sebagai keberhasilan individu. Begitulah visi pegelolaan restoran ini, paling tidak dari pengamatan dari luar.
Pelatihan
Apa yang terjadi pada cerita di atas tidak tejadi dengan sendirinya. Seorang pramusaji baru harus dilatih dan disupervisi secara ketat untuk bisa secepatnya membawa dirinya ke dalam komunitas karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi. Sasaran pelatihan yang diselenggarakan ditujukan pada peningkatan kualitas pelayanan melalui pembentukan kebiasaan kerja yang mendukung kepuasan pelanggan, yakni ketulusan, kecepatan, dan kebersihan.
Pelatihan tidak hanya memberikan teori di dalam kelas, dibutuhkan banyak sekali praktek di tempat kerja sambil diberikan umpan balik kepada setiap pramusaji tentang hal-hal baik yang sudah dicapainya juga sebaliknya. Pelatihan yang baik selain akan meningkatkan kemampuan kerja, juga akan berpengaruh positif pada pembentukan sikap hidup karyawan.
Konklusi
Kepuasan pelanggan sering didekati oleh perusahaan, terutama perusahaan bidang jasa dengan menyediakan fasilitas lengkap dan mewah. Meskipun terkadang hal itu cukup mendukung, namun jauh lebih penting meskipun sulit adalah melatih dan membentuk sikap melayani yang didasari ketulusan. Dengan sikap ketulusan sikap inilah kerja sama serta suasana kerja yang menyenangkan dapat dibentuk.Pelanggan akan sagat terkesan dan menikmati suasana seperti ini. Kehadiran karyawan memberikan rasa senang, percaya, dan nikmat.
Semoga bermanfaat. Amin..
0 komentar:
Post a Comment