Selalu ada saja kreasi yang dicetuskan oleh pelaku bisnis, termasuk diantaranya adalah pelaku bisnis kuliner. Setelah jenuh dengan berbagai konsep kesempurnaan yang biasanya diharuskan dalam sebuah pelayanan pada bisnis kuliner, kini mulai ramai bermunculan sebuah konsep yang sama sekali berlawanan dengan semua konsep "kesempurnaan" tadi. Bisnis kuliner ala jalanan.
Konsep kuliner ini hampir tidak mengenal sebuah pakem pemasaran kuliner yang biasanya menuntut terpenuhinya kebersihan tempat usaha serta kehigienisan menu makanan, pada kosep kuliner jalanan ini semua itu sama sekali tidak begitu berarti. Kuliner jalanan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "angkringan" ini mengandalkan kesederhanaan pada kosep pelayanannya. Dengan memotong semua standar yang umumnya harus dipenuhi dalam bisnis kuliner konvensional, justru bisnis kuliner berkonsep angkringan ini mendapatkan perhatian dari masyarakat, terutama penikmat kuliner.
Angkringan ini sudah lama dikenal masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Istilahnya berbeda-beda di setiap daerah, namun secara konsep menunjukkan kesamaan, penjual menyediakan menu makanan dan minuman yang sederhana, harganya murah, penjual hanya menyediakan tempat seadanya bagi pembeli (biasanya hanya berupa alas lantai saja), biasanya buka di pelataran halaman di pinggir jalan, serta hanya buka pada malam hari.
Pamor angkringan ini mulai dikenal luas berasal dari Yogyakarta. Ini sangat masuk akal, mengingat Yogyakarta merupakan kota dengan banyak sekali perguruan tinggi, sehingga banyak pula mahasiswa/mahasiswi dari berbagai daerah di Indonesia yang tinggal untuk mengenyam pendidikan di sana. Mereka ini tentunya mencari tempat-tempat penjual makanan yang serba murah meriah. Konsep angkringan ini sangat cocok bagi para pelajar ini. Kemudian dari waktu ke waktu menjadi sebuah tren di kalangan mahasiswa dan terbawa ke daerah asalnya.
Faktor Kunci
Sebenarnya konsep jajanan makanan kaki lima ini sudah ada di berbagai daerah sejak lama dengan harga yang murah meriah. Ini menjadi faktor pertama dalam bisnis ini. Harga menjadi sangat penting, karena ini yang membedakan konsep angkringan dengan jajanan makanan lainnya.
Faktor kedua dalam bisnis ini adalah lokasi, karena angringan ini pastinya membutuhkan sebuah area sebagai lahan bagi pelanggan untuk lesehan dalam menikmat menu yang disajikan. Tidak perlu luas, karena perlu diingat bahwa kesederhanaan merupakan bagian dari konsep angkringan, dan ini menjadi faktor ketiga yang perlu diketahui. Kemudian sebagai penunjang, tentunya menyangkut masalah menu yang disajikan.
Angkringan ini sebenarnya sudah ada di berbagai daerah di Indonesia, dan ini membuat knsep kuliner ala angkringan juga mempunya menu yang berbeda-beda pula, tergantung daerah asal masing-masing. Dengan begitu angkringan mempunyai bentuknya sendiri di setiap daerah. Tidak ada pakem khusus mengenai menu apa yang disajikan, yang terpenting adalah harus di sesuaikan antara menu dengan harga, juga rasa. Jika semuanya bisa dipadukan dengan sempurna, maka bisa dipastikan sebuang angkringan akan menjadi bahan perbincangan dan banyak dicari.
Kuliner Alternatif
Sekarang ini semakin banyak orang yang ingin mencari suasana baru dalam hal apapun, termasuk makanan. Konsep "seadanya" dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh angkringan ini ternyata mampu menjawab permintaan itu. Menu tradisional yang terkesan seadanya ternyata justru memberikan sensasi baru bagi penikmat kuliner. Bukan hanya menu yang seadanya, pelayanan serta lokasi yang seadanya itu juga menjadi nilai lebih.
Angkringan biasanya buka pada malam hari, karena memang lokasi penjualannya seringkali memanfaatkan pelataran kantor, toko atau trotoar dipingir jalan, sehingga tidak memungkinkan jika beroperasi pada siang hari. Dalam hal fasilitas pelayanan, angkringan juga tidak memberikan banyak kelebihan. Menu makanan yang ditawarkan tidak mempunyai banyak pilihan dan tidak menyediakan stok yang banyak, sehingga terkadang ada saja pembeli yang kehabisan menu yang dicarinya. Namun ini justru yang membuat pelanggan menjadi penasaran dan cenderung untuk kembali lagi.
Pelayanan yang diberikan juga sangat sederhana. Pelanggan mengambil sendiri menu yang disukai. Sepincuk nasi bungkus dan kemudian pelanggan menambahkan sendiri lauk pauk serta sayuran yang mereka suka. Pelanggan lalu duduk di lesehan yang telah disediakan. Biasanya hanya berupa samak sederhana, dan terkadang juga disediakan meja kecil.
Semua kesederhanaan ini memang secara tidak terduga justru menjadi daya tarik tersendiri. Orang-orang "purist" juga sangat menggemari kuliner semacam ini. Kesederhanaan dan berbagai pelayanan yang minimalis ini memberikan semacam alternatif orang-orang yang ingin mempunyai pengalaman unik dalam menyantap makanan. Dari mulut ke mulut, bisnis angkringan ini kemudian banyak menjamur dan semakin banyak peminatnya.
Peluang
Dilihat dari segi bisnis, usaha angkringan ini ternyata bisa mendatangkan keuntngan yang cukup besar. Dengan perhitungan keuntungan bersih rata-rata 25%, jajanan kuliner jelas harus menjadi sektor bisnis kuliner yang perlu diperhitungkan prospeknya.
Dengan harga menu rata-rata berkisar antara Rp.5.000/porsi dan rata-rata dalam semalam menjual hingga 300 porsi, maka omset yang didapat sekitar Rp.1.500.000. Ini artinya profit yang diperoleh mencapai Rp.375.000/malam, atau sekitar Rp.11.250.000/bulan. Menarik bukan?
Namun Anda tetap harus memperhatikan beberapa faktor yang diuraikan diatas tadi, bahwa faktor harga, lokasi, minimalis serta menu yang disajikan sangat penting.
Join Channel BBM "Pelaku UKM". Search channel kami atau invite pin C001A97A3 untuk memperoleh update mengenai artikel terbaru atau berbagai informasi lain seputar dunia usaha di Indonesia.
Angkringan ini sudah lama dikenal masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Istilahnya berbeda-beda di setiap daerah, namun secara konsep menunjukkan kesamaan, penjual menyediakan menu makanan dan minuman yang sederhana, harganya murah, penjual hanya menyediakan tempat seadanya bagi pembeli (biasanya hanya berupa alas lantai saja), biasanya buka di pelataran halaman di pinggir jalan, serta hanya buka pada malam hari.
Pamor angkringan ini mulai dikenal luas berasal dari Yogyakarta. Ini sangat masuk akal, mengingat Yogyakarta merupakan kota dengan banyak sekali perguruan tinggi, sehingga banyak pula mahasiswa/mahasiswi dari berbagai daerah di Indonesia yang tinggal untuk mengenyam pendidikan di sana. Mereka ini tentunya mencari tempat-tempat penjual makanan yang serba murah meriah. Konsep angkringan ini sangat cocok bagi para pelajar ini. Kemudian dari waktu ke waktu menjadi sebuah tren di kalangan mahasiswa dan terbawa ke daerah asalnya.
Faktor Kunci
Sebenarnya konsep jajanan makanan kaki lima ini sudah ada di berbagai daerah sejak lama dengan harga yang murah meriah. Ini menjadi faktor pertama dalam bisnis ini. Harga menjadi sangat penting, karena ini yang membedakan konsep angkringan dengan jajanan makanan lainnya.
Faktor kedua dalam bisnis ini adalah lokasi, karena angringan ini pastinya membutuhkan sebuah area sebagai lahan bagi pelanggan untuk lesehan dalam menikmat menu yang disajikan. Tidak perlu luas, karena perlu diingat bahwa kesederhanaan merupakan bagian dari konsep angkringan, dan ini menjadi faktor ketiga yang perlu diketahui. Kemudian sebagai penunjang, tentunya menyangkut masalah menu yang disajikan.
Angkringan ini sebenarnya sudah ada di berbagai daerah di Indonesia, dan ini membuat knsep kuliner ala angkringan juga mempunya menu yang berbeda-beda pula, tergantung daerah asal masing-masing. Dengan begitu angkringan mempunyai bentuknya sendiri di setiap daerah. Tidak ada pakem khusus mengenai menu apa yang disajikan, yang terpenting adalah harus di sesuaikan antara menu dengan harga, juga rasa. Jika semuanya bisa dipadukan dengan sempurna, maka bisa dipastikan sebuang angkringan akan menjadi bahan perbincangan dan banyak dicari.
Kuliner Alternatif
Sekarang ini semakin banyak orang yang ingin mencari suasana baru dalam hal apapun, termasuk makanan. Konsep "seadanya" dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh angkringan ini ternyata mampu menjawab permintaan itu. Menu tradisional yang terkesan seadanya ternyata justru memberikan sensasi baru bagi penikmat kuliner. Bukan hanya menu yang seadanya, pelayanan serta lokasi yang seadanya itu juga menjadi nilai lebih.
Angkringan biasanya buka pada malam hari, karena memang lokasi penjualannya seringkali memanfaatkan pelataran kantor, toko atau trotoar dipingir jalan, sehingga tidak memungkinkan jika beroperasi pada siang hari. Dalam hal fasilitas pelayanan, angkringan juga tidak memberikan banyak kelebihan. Menu makanan yang ditawarkan tidak mempunyai banyak pilihan dan tidak menyediakan stok yang banyak, sehingga terkadang ada saja pembeli yang kehabisan menu yang dicarinya. Namun ini justru yang membuat pelanggan menjadi penasaran dan cenderung untuk kembali lagi.
Pelayanan yang diberikan juga sangat sederhana. Pelanggan mengambil sendiri menu yang disukai. Sepincuk nasi bungkus dan kemudian pelanggan menambahkan sendiri lauk pauk serta sayuran yang mereka suka. Pelanggan lalu duduk di lesehan yang telah disediakan. Biasanya hanya berupa samak sederhana, dan terkadang juga disediakan meja kecil.
Semua kesederhanaan ini memang secara tidak terduga justru menjadi daya tarik tersendiri. Orang-orang "purist" juga sangat menggemari kuliner semacam ini. Kesederhanaan dan berbagai pelayanan yang minimalis ini memberikan semacam alternatif orang-orang yang ingin mempunyai pengalaman unik dalam menyantap makanan. Dari mulut ke mulut, bisnis angkringan ini kemudian banyak menjamur dan semakin banyak peminatnya.
Peluang
Dilihat dari segi bisnis, usaha angkringan ini ternyata bisa mendatangkan keuntngan yang cukup besar. Dengan perhitungan keuntungan bersih rata-rata 25%, jajanan kuliner jelas harus menjadi sektor bisnis kuliner yang perlu diperhitungkan prospeknya.
Dengan harga menu rata-rata berkisar antara Rp.5.000/porsi dan rata-rata dalam semalam menjual hingga 300 porsi, maka omset yang didapat sekitar Rp.1.500.000. Ini artinya profit yang diperoleh mencapai Rp.375.000/malam, atau sekitar Rp.11.250.000/bulan. Menarik bukan?
Namun Anda tetap harus memperhatikan beberapa faktor yang diuraikan diatas tadi, bahwa faktor harga, lokasi, minimalis serta menu yang disajikan sangat penting.
Join Channel BBM "Pelaku UKM". Search channel kami atau invite pin C001A97A3 untuk memperoleh update mengenai artikel terbaru atau berbagai informasi lain seputar dunia usaha di Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment